BEM UMLA Sampaikan Evaluasi Krisis Iklim di Rakornas BEM PTMAI Banjarmasin: Desak Komitmen Nyata dan Rekomendasi Kebijakan Progresif

UmlaNews- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) melalui Kementerian Luar Negeri secara tegas menyuarakan sikap kritis terhadap lambannya penanganan krisis iklim dalam forum Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah se-Indonesia (PTMAI) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, pada hari Sabtu (28/6/2025).

Dalam forum strategis nasional tersebut, BEM UMLA mengangkat tema “Menyikapi Krisis Iklim: Evaluasi Komitmen dan Rekomendasi Kebijakan” sebagai bentuk tanggung jawab moral mahasiswa terhadap masa depan lingkungan dan keberlanjutan hidup. Menteri Luar Negeri BEM UMLA, M. Nauval Nuruddin, menyampaikan bahwa krisis iklim bukan lagi isu masa depan, melainkan darurat saat ini. “Kita melihat komitmen negara yang masih bersifat simbolik, belum menyentuh akar masalah. Kami mendesak adanya keberanian dari negara maupun lembaga pendidikan tinggi untuk mengadopsi kebijakan konkret berbasis keadilan ekologis,” tegasnya.

Dalam evaluasi yang disampaikan, BEM UMLA menyoroti minimnya edukasi iklim di lingkungan kampus dan kurikulum pendidikan tinggi. Selain itu, inkonsistensi pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan energi bersih juga menjadi perhatian serius, di samping terus meluasnya industri ekstraktif yang menggerus ruang hidup masyarakat adat dan lingkungan secara masif. BEM UMLA menilai bahwa pendekatan pembangunan yang mengabaikan daya dukung lingkungan akan memperparah krisis dan mempersempit ruang hidup yang layak bagi generasi mendatang.

Berdasarkan kajian internal, BEM UMLA juga mengajukan sejumlah rekomendasi kebijakan yang disampaikan langsung dalam Sidang Komisi Eksternal. Di antaranya adalah mendesak PTMAI untuk membentuk konsorsium hijau yang fokus pada riset dan aksi lingkungan lintas kampus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Selain itu, BEM UMLA juga mendorong pemerintah agar mempercepat proses transisi energi serta menghentikan perluasan energi fosil yang merusak lingkungan. Rekomendasi lain yang disampaikan adalah pentingnya penguatan pendidikan ekoteologis di lingkungan kampus dan lembaga Muhammadiyah sebagai dasar dalam membentuk kesadaran lingkungan yang berkelanjutan.

Kehadiran BEM UMLA di forum nasional ini menunjukkan komitmennya sebagai bagian dari kekuatan moral dan intelektual mahasiswa dalam mendorong arah kebijakan yang lebih adil terhadap alam dan generasi mendatang. “Suara mahasiswa Muhammadiyah harus berdiri di tengah keprihatinan umat dan semesta. Krisis iklim adalah isu kemanusiaan. Diam bukan pilihan,” tutup M. Nauval Nuruddin.

Penulis: M. Nauval Nuruddin
Editor: Ridhotul Ummah